Wanaka View Motel |
Si Ayah beres-beres di dapur |
Meja makan di antara kamar utama dan kamar The Precils |
The Emak dan Big A di depan motel, difoto oleh Little A |
~ The Emak
Wanaka View Motel |
Si Ayah beres-beres di dapur |
Meja makan di antara kamar utama dan kamar The Precils |
The Emak dan Big A di depan motel, difoto oleh Little A |
~ The Emak
The Emak dan Little A berbasah-basah di danau Wanaka |
Setelah menemani The Emak mewujudkan impiannya mengunjungi Milford Sound, kali ini giliran The Precils yang bersenang-senang di Wanaka.
Devil’s Staircase, dalam perjalanan Te Anau – Queenstown |
Pemandangan dari atas bukit menuju Cardrona |
Selain Labirin, Puzzling World juga mempunyai Ruang-Ruang Ilusi. Yang paling menarik dari ruang ilusi ini adalah Ames Room. Trik Ames Room ini digunakan untuk pembuatan film yang melibatkan manusia dengan raksasa atau manusia dengan Hobbit. Ketika dua orang masuk ke ruang ini dan menuju sudut yang berbeda, satu bisa menjadi raksasa dan satunya lagi menjadi Hobbit. Ruang-ruang ilusi lain yang bisa dikunjungi adalah pameran gambar hologram, Tilted House (menciptakan efek miring) dan Hall of Following Faces.
Menara Miring Wanaka |
Raksasa Big A dan Hobbit Little A di Ames Room |
Si Ayah mencoba Roman Style Toilet :p |
Tiket masuk Great Maze dan Illusion Rooms adalah NZ$ 15 untuk dewasa, NZ$10 untuk anak-anak. Anak di bawah 5 tahun gratis π Kalau hanya ingin mengunjungi salah satu, kita mendapat diskon 1-3 dolar.
Big A yang memimpin kami untuk memecahkan teka-teki labirin. Aturannya, kita harus mencapai empat menara (merah, hijau, biru dan kuning) dan kemudian mencari jalan kembali. Kami perlu waktu sekitar 1 jam untuk menyelesaikan tantangan ini. Kalau tidak ada Big A, rasanya saya tidak sanggup menyelesaikannya. Berulang kali saya berputar-putar di jalan yang sama, sampai akhirnya Big A berteriak, “C’mon, I found a way!” Kami harus berjalan di lorong-lorong kayu dan naik turun jembatan untuk mencapai masing-masing menara. Big A dan Little A berpose di tiap menara begitu mereka mencapainya. “Untuk bukti,” kata Big A.
Setelah sukses menyelesaikan tantangan labirin, kami melihat-lihat toko suvenir di Puzzling World ini yang menjual banyak sekali jenis-jenis pazel. Seperti biasa, saya cukup membeli suvenir berupa kartu pos, seharga 50 sen per lembar π Little A, mungkin sudah capek dan lapar, merengek-rengek minta dibelikan dua buku Sudoku (permainan angka). Saya tidak mengabulkan rengekannya dan hanya membelikan satu buku. Little A menangis keras dan mengamuk, dan tentu saja tidak mau difoto dengan latar belakang menara miring di halaman depan gedung. Setelah tangis Little A mereda, kami segera menuju motel untuk istirahat.
Selain main-main di taman bermain, kami juga nyemplung ke danau Wanaka yang airnya sedingin es. Saya menemani Little A yang ingin menyeberangi sungai kecil di ujung danau. Little A juga asyik bermain dengan bebek-bebek yang berenang dengan anggun di danau. Ketika kami bersenang-senang, tidak terasa dua jam sudah berlalu. Kami harus segera meninggalkan Wanaka karena parkir gratis di tepi danau maksimal 2 jam saja. Dengan ujung celana yang masih basah, saya dan keluarga melanjutkan perjalanan ke Lake Tekapo.
Little A pengen naik lagi dan lagi |
Little A memberi makan bebek |