- Ikan Tuna
- Ikan Tongkol
- Ikan Cakalang
- Ikan Kakap
- Ikan Tenggiri
Fluff Bakery, Muslim Owned |
Beberapa tahun belakangan ini banyak muncul kafe dan bakery trendi di Singapura yang dikelola oleh anak-anak muda. Kabar gembira buat kita semua, banyak yang pemiliknya muslim. Jadi meskipun belum memiliki sertifikat halal, bahan-bahan makanan yang mereka gunakan halal semua. Beberapa kafe halal nan trendi tersebut terkonsentrasi di area Bugis, atau sering juga disebut sebagai Arab Quarter atau Kampong Glam.
Area Bugis, di antara stasiun MRT Bugis dan MRT Lavender, memang pilihan utama sebagai base camp untuk traveler muslim. Di sini gampang dijumpai restoran, kafe, dan bakery halal. Dua pilihan restoran halal untuk makan besar (makan nasi) adalah Zam-Zam dan Hjh Maimunah. Zam-Zam lokasinya di 679 North Bridge Rd, persis di seberang Masjid Sultan. Resto ini menyajikan masakan India. Coba deh murtabak-nya yang terkenal enak banget. Sementara restoran Hjh Maimunah adalah salah satu restoran halal yang mendapat Michelin Star (peringkat untuk restoran yang bagus). Restoran ini ada di Jalan Pisang, dua gang dari Zam-Zam. Jenis masakannya Melayu dan Indonesia, kita bisa memilih sendiri sayur dan lauk seperti di warteg π
Kalau tidak ingin makan nasi, cuma pengen nyemil atau nongkrong ngopi-ngopi cantik sambil foto-foto untuk instagram, coba mampir di beberapa kafe halal ini. Lima kafe dan bakery halal di sekitar Kampong Glam ini gampang banget ditemukan.
1. I AM…
Halal: Pemilik Muslim
Lokasi: 674 North Bridge Road
Jam buka: Senin – Kamis 11:30 – 23.00, Jumat dan Sabtu 11:30 – 01.00, Minggu 11:30 – 22.00
Menu:
– Charcoal-grilled Beef Burger $13,90
– Fish and Chips $15,90
– Rainbow Mille Crepe Cake
Instagram: @iamathajilane
2. The Mad Sailors
Halal: Pemilik Muslim
Lokasi: 24 Haji Lane
Jam buka: Minggu – Kamis 12.00 – 22.00, Jumat dan Sabtu 12.00 – 23.00
Menu:
– Cafe Latte/Cappuccino/Flat White $5
– Marmite Honey Wings $9 – Fish and Chips $18-20
– Lemon Tartar Angler Sarnies $20
Website: www.themadsailors.sg
Instagram:
3. FIKA
Halal: Sertifikat MUIS
Lokasi: 257 Beach Road (perempatan Arab Street dan Beach Road)
Jam buka: Minggu – Kamis 11.00 – 22.00, Jumat – Sabtu 11.00 – 23.00
Menu:
–Swedish Meatballs $19,90
-Pasta Bake $17,50
-Kids set menu $10,90
-Lunch set menu $19,90
Website: www.fikacafe.com
Instagram: @fikacafesg
4. The Lab
Halal: Pemilik Muslim
Lokasi: 1 Jalan Pisang
Jam buka: Senin – Sabtu 12.30 – 22.00, Minggu 13.00 – 21.30
Menu:
– Terefrank Buffalo Wings $8,90
– Aglio Olio Pasta $12
– Heisenberger (Beef burger served with sweet potato fries) $17
Instagram: @the_lab_sg
A photo posted by We Experiment Est Nov 2014 (@the_lab_sg) on
5. Fluff Bakery
Halal: Pemilik Muslim
Lokasi: 4 Jalan Pisang
Jam buka: Selasa – Sabtu 12.00 – 19.30 atau sampai habis.
Menu: Cupcakes $4 (cupcakes bervariasi, menu diganti tiap minggu)
Instagram: @fluffbakery
A photo posted by Ade KumalasariβοΈTravel Blogger (@travelingprecils) on
Fluff yang lokasinya di seberang restoran Hjh Maimunah ini bukan kafe, tapi toko kue kecil. Jadi nggak bisa makan di tempat, cup cake-nya untuk dibawa pulang. Menurut saya cup cake nya emang enak bangeeeeet. Rotinya lembut, moist, dan pilihan rasanya oke punya. Saya nyoba yang salted caramel, aduuuuh lezatnya, enak banget digigit sedikit-sedikit biar nggak kemanisan, karena karamelnya meleleh dari dalam kuenya. Pilihan rasa duo precils pun enak-enak, saya sempat nyicipin dikit. Nggak sia-sia keluarin $4 demi sebiji cupcake. Coba kalian follow instagram-nya untuk tahu promo-promonya ya.
Gimana, jadi pengen nyobain nggak? Catat dulu deh untuk rekomendasi kalau mau nongkrong di kafe halal. Tapi kalau budgetmu terbatas, bisa melipir ke kafe yang lebih merakyat. Di 17 Bussorah St ada Kampong Glam Cafe yang harganya murah meriah. Kafe tradisional yang selalu ramai ini buka dari jam 8.00 pagi – 02.00 dini hari. Kalau capek jalan-jalan atau shopping di area Bugis bisa mampir sebentar di sini minum teh tarik dan nyemil tahu goreng. Nggak sampai $5 π
Selalu ramai |
Teh tarik dan tahu goreng bumbu kacang |
Ada yang punya rekomendasi kafe halal di sekitar Bugis? Share di komentar ya.
~ The Emak
Singapura termasuk negara yang mahal sebagai tujuan traveling. Apalagi kalau kurs dolar dengan rupiah sedang tinggi. Sekarang ini (September 2016), kurs 1 SGD = Rp 9.750, tergantung di mana kita tukar uangnya. Tarif hotel jelas mahal, namun bisa disiasati dengan tinggal di hotel budget atau hostel. Harga makanan tidak terlalu mahal dibandingkan dengan makanan di Australia atau negara-negara di Eropa, tapi tetap saja lebih mahal dibandingkan Indonesia. Karena itu harus pinter cari tempat makan yang hemat.
Kalau kelaparan di airport gimana dong? Biasanya kan makanan di bandara lebih mahal daripada di kota. Kabar baiknya, di bandara Changi, kita orang umum boleh makan di kantin karyawan. Staff Canteen ini sudah jadi rahasia umum di kalangan backpacker yang budget jalan-jalannya pas-pasan. Di mana sih lokasinya? Yuk ikuti petunjuk The Emak, terutama yang baru pertama kali mendarat di Changi Airport, biar nggak nyasar.
Ada dua lokasi kantin karyawan di bandara Changi, di public area T1 dan T2. Saya belum pernah nyoba yang di T2, kayaknya lebih susah juga nyarinya, hehe. Jadi yang saya tulis di sini yang di T1 ya. Kalau kalian mendarat di Changi selain di T1, setelah melewati imigrasi dan ambil bagasi, bisa naik skytrain (monorail antar terminal di bandara Changi) menuju T1 dan berjalan lah ke bagian Arrival/Ketibaan di lantai bawah.
Yang mendarat di Terminal 1 Changi, cara mencari kantin lebih gampang lagi. Setelah melewati imigrasi (pengecekan paspor), berjalan lah ke arah pengambilan bagasi. Kalau tidak perlu mengambil bagasi, langsung keluar melalui pintu No Declare. Begitu melewati pintu exit, kita akan disambut keramaian orang-orang yang menjemput teman/keluarga/tamu mereka dengan mengacungkan papan nama. Nggak usah baper kalau nggak ada yang menjemput, hehe. Dari pintu exit (ada beberapa pintu), berjalan lah ke arah kiri, ke arah Arrival Pick-Up. Kita akan melewati gerai Informasi, Money Changer, ATM, dan Starbucks di sebelah kiri kita, dan antrean taksi di sebelah kanan kita. Jalan terus ke arah pintu keluar. Kalau kamu melewati restoran Burger King di sebelah kirimu, berarti sudah berjalan ke arah yang benar. Setelah Burger King ada toilet dan tempat untuk minum air. Saatnya mengisi botol air minum kamu untuk menghemat membeli air mineral π Dari sini, pintu keluar tinggal beberapa langkah lagi.
Begitu keluar dari exit, tengoklah ke arah kiri. Di sana ada tanda yang jelas banget: Staff Canteen. Yay! Selamat, kamu sudah berhasil menemukan kantin karyawan π
Lokasi staff canteen T1 ada di level B1-07. Kita harus turun tangga. Maaf, belum ada lift/eskalator, jadi kalau membawa koper atau stroller harus diangkat. Troli juga tidak boleh masuk, titipkan di tempat yang sudah disediakan. Jangan ragu untuk turun tangga, orang umum boleh masuk kok. Kantin ini buka setiap hari dari jam 5 pagi sampai jam 9 malam.
Kalau kamu laparnya ketika mau pulang ke Indonesia, makanlah sebelum cek in. Atau bisa sih setelah cek ini, tapi jangan masuk melewati imigrasi dulu. Dari area Departure/Keberangkatan turun dulu ke area Arrival, dan jalan menuju kantin.
Pilihan makanan di kantin karyawan ini cukup banyak. Kantinnya sendiri cukup luas dengan bangku-bangku plastik yang cukup nyaman. Ada pilihan makanan halal, biasanya jenis masakan Melayu, India, atau Indonesia, hehehe. Di tiap gerai jelas tertera kalau halal kok, ada tulisannya. Kita pun bisa pesan pakai bahasa Indonesia. Di gerai masakan India, saya pesan sambil tunjuk-tunjuk aja. Dan kalau ditanya sama pelayannya, saya jawab YES semua, hahaha. “One pratha, two pratha?” >>> yes. Jadinya dapat 2 pratha. “With Curry?” >>> yes. “Chicken curry?” >>> yes. “Thosai with egg?” >>> yes. Boleh dicoba tips-nya π
Harga makanan di sini lebih murah daripada foodcourt di dalam bandara Changi, antara $2,50 – $5. Tapi ada perbedaan harga antara karyawan dan orang umum. Misal untuk karyawan, harga char kwe tiau $3, untuk umum $4. Minuman es leci untuk karyawan 55 sen, untuk umum $1. Saya pernah pesan di gerai nomor 23 di pojokan dan diberi harga karyawan. Mungkin wajah saya karyawan banget ya, hehehe lumayan.
Sore itu saya dan anak-anak tidak berniat makan berat, jadi hanya beli ‘camilan’ India saja, roti pratha dan thosai. Satu porsi roti pratha (isi dua) dengan kuah kari plus satu porsi thosai dengan telur, plus kuah kari, total harganya $3,60. Untuk minumnya, ada satu gerai khusus minuman yang berada di tengah. Gerai makanan juga jual minuman, tapi terbatas minuman dalam botol atau kaleng. Kami beli satu es leci dan satu es fruit punch, masing-masing $1.
Gerai Halal Masakan Malaysia |
Nasi Padang, anyone? |
Ayam Penyet pun ada :p |
Duo precils asyik-asyik aja diajak makan di kantin karyawan. Lha wong makan di kantin karyawan Mal di Indonesia juga udah biasa kok, malah di sana tanpa AC. Kantin ini cukup nyaman, nggak panas karena tetap ada AC-nya. Ada tempat cuci tangan juga. Yang penting perut kenyang, hati senang, dan dompet aman. Iya nggak?
Saya sempat rekam beberapa footage untuk You Tube. Moga-moga editannya jadi. Subscribe dulu You Tube channel TravelingPrecils biar nggak ketinggalan vlog barunya.
Roti pratha plus kuah kari untuk celup-celup |
Egg Thosai atau Dosa |
Gerai Minuman |
Es leci dan Es fruit punch. Seger! |
Alat makan halal dan non halal dicuci terpisah. |
Gimana, mau nyoba makan di kantin karyawan juga?
Selamat berburu ya, semoga nggak nyasar. Kalau perlu print dan bawa postingan ini π
~ The Emak
Chilli crab di Makan Sutra Gluttons Bay |
Ngapain aja sih piknik ke Singapura selain foto di depan patung singa, nyobain MRT dan jalan kaki sampai gempor, belanja di Orchard road dan nyambangi Universal Studio? Makan-makan alias wisata kuliner tentunya. Pertama kali jalan ke Singapura, saya senang sekali karena nggak harus bawa rice cooker dan masak sendiri untuk berhemat seperti kalau kami jalan-jalan ke Australia, New Zealand atau Eropa. Makanan di Singapura relatif murah dibandingkan dengan makanan di Ostrali, NZ dan Eropa, pilihannya pun beragam dan sesuai dengan lidah orang Indonesia.
Kabar baiknya bagi wisatawan muslim, banyak sekali pilihan gerai makanan halal di Singapura. Meski Singapore bukan negara mayoritas muslim, tapi negara ini cukup ramah untuk pengunjung muslim. Gampang kok menemukan restoran atau warung bersertifikat halal. Kalaupun kepentok tidak ada sertifikat halal, masih ada pilihan no pork no lard (tanpa daging babi dan lemak babi), seafood (masakan laut) dan masakan vegetarian (tanpa daging). Kalau ragu suatu makanan halal apa enggak, langsung tanya saja ke pemilik gerai. Lebih gampang lagi kalau kamu berjilbab atau tampangmu Melayu, biasanya pemilik gerai akan mengingatkan kalau masakannya ada babinya. So, no worries.
Kita bisa memilih mau makan di mana sesuai anggaran (budget) dan jenis makanan yang kita sukai. Kami sekeluarga paling senang makan di Hawker Center atau pusat jajan kaki lima. Tempatnya sederhana, pilihannya banyak dan harganya lebih murah daripada makan di restoran. Tapi bukan berarti tempat makan lain nggak oke lho. Setelah capek belanja di Orchard road, lebih cocok kalau makan siangnya juga di food court mal terdekat, seperti di ION atau Lucky Plaza. Atau selesai nonton Wings of Time (dulunya Songs of The Sea) di Sentosa? Enaknya langsung makan malam di Tastes of Asia, dekat pintu masuk atraksi ini (Beach Station). Untuk merayakan hari spesial, sekali-kali boleh lah mencoba fancy restaurant seperti True Blue yang menyediakan masakan peranakan yang lezat dengan pelayanan prima.
Hawker Center
Ada beberapa Hawker Center di Singapura yang patut dicoba. Favorit saya adalah MakanSutra di Gluttons Bay. Lokasinya di sebelah Teater Esplanade dan di seberang Marina Square. Makansutra bisa dicapai dengan jalan kaki dari MRT terdekat, yaitu stasiun City Hall atau bisa naik bis. Kedai-kedai di sini baru buka sore hari jam 5 atau jam 4 sore khusus hari Minggu, dan tutup dini hari.
Meskipun jumlah gerainya sedikit, tapi pilihan makanannya asyik-asyik. Menu sudah cukup mewakili keragaman dan kekhasan Singapura. Kalau cuma punya waktu sebentar di Singapura, Hawker Center ini yang paling saya rekomendasikan untuk dicoba. Suasananya hangat, dengan kursi dan meja plastik sederhana yang ditata di bawah langit terbuka. Harga makanan di sini tidak terlalu mahal kok, mulai $7 per porsi. Kami sekeluarga pernah makan malam di sini, pesan sate ayam, mie goreng, martabak dan ais kachang totalnya $29, sudah kenyang untuk empat orang.
Gerai Halal di Makansutra:
1. Redhill Rong Guang BBQ Seafood
2. Thai Yummy Food
3. Huat Huat Chicken Wing & Carrot Cake
4. Old Satay Club Mee Goreng
5. Alhambra Padang Satay
6. Sweet Spot, menyediakan makanan pencuci mulut.
Suasana malam di Makan Sutra Gluttons Bay |
Black pepper crab yang lebih enak daripada chilli crab |
Ais Kachang, anyone? |
Selain Makan Sutra, ada satu hawker center lagi yang sempat kami coba: Lau Pa Sat Festival Market. Waktu itu kami sekeluarga menginap di hostel di Boat Quay, jadi tinggal jalan kaki ke Lau Pa Sat. Stasiun MRT terdekat adalah Raffles Place, dari sini tinggal jalan kaki mengikuti petunjuk di pintu keluar stasiun, sekitar 5-10 menit.
Lu Pa Sat menempati bangunan kuno abad ke-19. Di sini gerai makanannya lebih banyak dan harganya lebih murah daripada di Makansutra. Satu porsi makanan mulai $5-an saja. Hawker Center ini buka 24 jam, jadi nggak usah khawatir kalau lapar tengah malam :p Juga jangan khawatir kalau melihat banyak gerai makanan non-halal karena di sini tempat cuci piringnya dipisah.
Daftar Gerai Halal di Lau Pa Sat:
Sebenarnya ketika jalan-jalan di Singapura bersama keluarga, saya sudah mengincar hawker center lain: Newton Food Center dan Maxwell Food Center. Tapi karena waktu terbatas, saya belum sempat mencoba bersama anak-anak.
Berikut daftar gerai halal beserta menu andalan dari dua tempat tersebut, berdasar Panduan Wisatawan Muslim Singapura.
Newton Food Center (MRT Newton, buka jam 12 siang sampai 2 dini hari)
Food Court Mall
Makan di food court sebuah mal adalah pilihan praktis setelah belanja-belanji atau sekedar window shopping di tempat tersebut. Kami pernah makan di food court ION Orchard, yang dekat dengan stasiun MRT Orchard. Pilihannya banyak, tempatnya nyaman, dan harga tidak terlalu mahal. Kami memesan laksa dan sayap ayam bakar, habis $17,50 sudah kenyang untuk berempat. Kalau tepat jam makan siang biasanya food court sangat ramai dan harus bersabar untuk mendapatkan kursi.
Daftar Gerai Halal di Food Opera ION Orchard (MRT Orchard):
Yang mau jalan-jalan ke pulau Sentosa, pasti mampir dulu di Mal Vivo City, karena monorail Sentosa Express berangkat dari mal ini di lantai 3. Food court Vivo City mempunyai banyak gerai halal, mulai dari fast food sampai makanan khas Singapura. Bisa makan di sini dulu sebelum menyeberang ke pulau Sentosa.
Berikut daftar gerai makanan halal di foodcourt Vivo City (MRT Harbour Front):
1. Burger King
2. Texas Chicken
3. Mc Donald’s
4. Earle Swensen’s
5. Long John Silver’s
6. Old Chang Kee
7. Pezzo
8. Prima Deli
9. Sedap Foodcourt
Bandara Changi
Bandara Changi yang menyandang gelar airport terbaik di dunia ini memang bukan sekedar bandara untuk menunggu pesawat. Changi bisa jadi destinasi wisata sendiri sebagai tempat main, tempat nongkrong, tempat belanja, dan tentu saja tempat jajan. Ada tiga terminal di Changi yang terhubung dengan skytrain. Meski kita boarding dari T1, misalnya, tetap bisa main-main dan jajan di terminal lainnya tanpa takut terlambat karena pindah dari satu terminal ke terminal lain cuma perlu waktu 2 menit dengan skytrain. Di tiap terminal juga ada mushola yang bersih dan nyaman untuk salat.
Berikut adalah gerai bersertifikat halal yang ada di bandara Changi, diambil dari buku Panduan Wisatawan Muslim ke Singapura.
Kafe dan Bakery
Jajan di Singapura nggak selalu makanan berat kok. Karena di sini bakal banyak jalan kaki dan bawa tas belanjaan banyak, pasti di antara jadwal makan berat kaki senat-senut dan perut keroncongan. Saatnya kaki diistirahatkan dan perut di-charge di kafe atau warung-warung yang banyak bertebaran di penjuru Singapura.
Kalau main di daerah Bugis dan Kampong Glam, ada satu kafe yang perlu dicoba: Kampong Glam Cafe yang letaknya strategis di perempatan Kandahar Street dan Bussorah Street. Di sini kita bisa pesan teh tarik dan camilan yang ringan-ringan. Atau kalau mau makan berat juga boleh kok. Harganya murah meriah, teh tarik panas cuma 90 sen, tahu goreng cuma tiga dolar. Boleh pesen gado-gado, soto ayam, nasi lemak atau laksa seharga $3,50 kalau memang laper banget.
Suasana di sini hangat dan santai. Masyarakat lokal bercampur dengan para turis yang jepret-jepret kamera terus. Ada emak-emak berbaju kurung, engkong-engkong berkaos singlet, sampai bayi pun boleh dibawa nongkrong di sini. Di sini gak perlu malu lah kalau muka kita kucel dan keringetan habis berburu oleh-oleh murah di Bugis Junction π
Selain Kampong Glam Cafe, masih banyak tempat makan halal di daerah ini. Ya jelas lah, emang di sini Arab quarter, jadi memang paling gampang berburu makanan halal di sini.
Berikut daftar gerai halal di Kampong Glam (MRT Bugis) yang patut dicoba:
1. Kampong Glam Cafe
2. Deli Moroccan
3. Zam Zam Singapore, 697 North Bridge Rd
4. Singapore Islamic Restaurant, 745 North Bridge Rd
5. Sufi’s Corner, 48 Arab St
6. Fika Swedish Cafe & Bistro, 257 Beach Rd
7. I Am… Cafe, 674 North Bridge Rd
8. Cake Delights, 664 North Bridge Rd
9. House of Kebab, 21 Arab St
tahu goreng bumbu kacang |
Restoran
Ada macam-macam restoran di Singapura, mulai dari kedai/warung dengan bangku seadanya sampai restoran fancy yang bisa untuk acara spesial. Ketika diundang oleh Singapore Tourism Board minggu lalu, kami beruntung mendapatkan tour guide orang Singapura keturunan India dan Padang. Pak Augusta, pemandu kami, mengajak makan di warung India yang menjadi favorit orang lokal. Menunya nggak tanggung-tanggung: Sop Tulang! Pengalaman seperti ini yang otentik dan mungkin tidak akan saya alami sendiri karena saya kurang berani bereksperimen mencoba makanan-makanan ‘aneh’.
Ternyata sup tulang ini seperti makan tulang sumsum yang bisa disedot isinya gitu. Supnya pun bukan sup dengan kuah banyak. Makannya pakai roti. Enak dan asyik kok. Tapi jangan kencan pertama sama pacar di sini ya, soalnya berlepotan banget makannya, hahaha.
Pecinta martabak, wajib mampir ke resto Zam Zam di daerah Bugis/Kampong Glam, seberang masjid Sultan. Kami pernah beli martabak, nasi goreng, mi goreng dan biryani untuk dibawa pulang dan dimakan di hotel. Enak dan porsinya besar. Waktu itu rencananya untuk berbuka puasa 3 orang, e ternyata masih cukup untuk makan sahur. Bagi yang pemberani, bisa mencoba murtabak isi daging rusa di sini.
Di Sentosa, selesai menonton pertunjukan Wings of Time (dulu SOngs of The Sea), kami diajak makan malam di restoran Tastes of Asia yang terletak di depan pintu masuk atraksi ini. Lokasi ini bisa dicapai dengan naik Sentosa Express dan turun di Beach Station. Pilihan makanannya sesuai lidah orang Indonesia. Kalau bingung pilih menu, coba saja Hawker Signature yang isinya empat macam, dalam porsi mini: otak-otak, sate, laksa dan nasi ayam, seharga $12,50. Saya sendiri pilih makan Tom Yum Seafood ($ 8,80) waktu itu biar badan hangat sehabis nonton laser show hujan-hujanan. Singapore Mee goreng-nya ($ 8,80) juga enak, saya sempat nyemil punya teman. Rasanya seenak char kway teow yang saya icip di Penang. Minuman di sini harganya mulai $2,50. Saya pesan English breakfast tea (buat makan malam!) tanpa gula.
Yang mau seharian main di Sentosa, nggak perlu khawatir soal makanan halal. Di sini banyak gerai halalnya kok, dan antar lokasi juga mudah dicapai dengan naik monorail Sentosa Express.
Daftar gerai halal di Resorts World Sentosa:
Universal Studios:
1. Mel’s Drive-In di Zona Hollywood
2. Friar’s, di Far Far Away
3. Goldilock di Far FarAway
4. Oasis Spice Cafe, di Ancient Egypt
5. Marty’s Casa Del Wild Food Court, di Madagascar
S.E.A. Aquarium: Fish & Co, Seafood Shack
Adventure Cove Waterpark: Hot Dog, Riverside SnacksMalaysian Food Street: Kampung Nasi Lemak, Roti Canai & Nasi BiryaniThe Forum, Basement 1: Bali Thai, Mc Donalds
Ada yang berencana merayakan sesuatu di Singapura? Ulang tahun, anniversary, kelulusan? Perlu rekomendasi restoran halal yang fancy? Coba ke restoran True Blue yang menyediakan masakan khas peranakan. Lokasinya di 47-49 Armenian St, sebelahnya Peranakan Museum dan dekat dengan Singapore Philatelic Museum. Stasiun MRT terdekatnya City Hall.
Dekorasi restoran ini membuat kita serasa diundang makan di rumah keluarga peranakan. Pernak-pernik yang dipajang dan meja kursinya membuat resto ini terasa homey banget. Apalagi pelayanannya kelas satu dengan keramahan khas orang Asia.
Di True Blue, kami memesan lunch set menu yang terdiri dari sup bakwan kepiting, ngoh hiang (seafood rolls), ayam buah keluak, beef rendang, chap chye yang disajikan dengan nasi putih dan bubur ketan hitam (mereka menyebutnya pulot hitam) sebagai pencuci mulutnya. Semua itu ditambah dengan longan tea yang ditambah terus-menerus ke cangkir kami. Duh, nulisnya sambil ngiler. Harga untuk set menu makan siang $32 per orang, dan untuk makan malam $42. Tapi kalau nggak mau memilih set menu juga nggak papa, bisa pesan a la carte sesuai selera.
Longan tea adalah ‘teh’ yang dibuat dari kurma dan kelengkeng. Teh ini manis tanpa perlu menambahkan gula. Ayam buah keluak yang disajikan mirip dengan semur ayam, tapi dengan menambahkan buah keluak utuh. Buah keluak atau kluwek/keluwak adalah bumbu berwarna hitam yang biasa dipakai untuk membuat rawon dan brongkos di Jawa. Kami diberi sendok kecil untuk mengorek isi buah keluak tersebut. Hmm… rasanya pahit-pahit gurih. Seumur-umur, baru kali ini saya makan buah keluak langsung.
Selesai makan, kami diberi souvenir berupa kartu pos yang memang bisa dibeli di sini. Saya juga membeli longan tea instan untuk oleh-oleh orang rumah. Yang mau icip-icip masakan peranakan, tempat ini recommended banget. Cek website-nya di sini ya: http://www.truebluecuisine.com
Yang saya tulis di atas baru sebagian dari gerai makan halal yang ada di Singapura. Kalau mau versi lengkapnya, kalian bisa unduh sendiri (gratis) dari website Your Singapore di sini. Klik unduh HALAL GUIDE ya. Isinya daftar gerai halal lengkap plus tempat salat di seluruh penjuru Singapura. Semuanya dalam bahasa Indonesia.
Panduan untuk wisatawan muslim. Bisa diunduh gratis di sini. |
Ada yang punya tempat jajan halal favorit di Singapura? Share di komentar ya.
~ The Emak
Follow @travelingprecil
Suasana food court di Gurney Drive |
When traveling, do you eat like a local or like a trendy travel blogger? π
Di Penang, saya tadinya berencana menjadi yang kedua, biar bisa makan dan pamer foto makanan ikonik di social media. Tapi nasib (dan terik matahari yang membakar) membelokkan pengalaman kuliner kami menjadi lebih otentik, makan di emperan dan warung seperti orang lokal.
Penang identik dengan surga kuliner di Malaysia, mau cari apa saja katanya ada di sini, semuanya enak dan harganya relatif terjangkau. Kami nggak mau ketinggalan dong mendapatkan pengalaman berburu makanan di sini. Kalau jalan-jalan di Asia, harap simpan rice cooker di rumah :p
Sebelum berangkat, saya sudah mempersenjatai diri dengan… apa lagi kalau bukan rekomendasi dari beberapa food blogger (trendy). Ini contekan tempat makan inceran saya, yang sudah saya cetak beserta peta, jalur menuju ke sana lengkap dengan koordinat GPS-nya.
Berikut contekan saya:
1. Roti Canai@Transfer Road, 56 Jalan Transfer, Georgetown
2. Mee Goreng @ Bangkok Lane, 270 Jalan Burma, Lorong Bangkok
3. Famous Teochew Cendol @ Lebuh Keng Kwee, off Penang Road
4. Nasi Kandar @ Line Clear
5. Restaurant Kapitan, 93 Lebuh Chulia
6. Pasembur @ Gurney Drive Hawker Centre
7. Asam Laksa @ Air Itam, Jalan Pasar (on the way to Penang Hill)
8. Ferringhi Coffee Garden, 43-D Batu Ferringhi
Glek, menuliskannya saja sudah menerbitkan air liur. Tapi ternyata, tak satu pun dari daftar tersebut yang berhasil kami coba, hahaha. Begini ceritanya…
Gara-gara mendapat kamar penuh asap rokok di Tune Hotel, rencana kami di sore hari pertama di Penang gagal total. Sambil menunggu kamar diganti, kami keluar cari makan. Ndilalah-nya kok ya susah cari makan siang di sekitar Tune hotel ini. Ada Mal kecil dan food court, tapi baru buka untuk makan malam. Ada resto persis di sebelah hotel, tapi semua makanannya pakai kecap babi.
Setelah jalan dua gang di seberang hotel, perut keroncongan kami terselamatkan oleh warung tenda yang buka di depan rumah susun rakyat, Jl. Zainal Abidin. Alhamdulillah, yang ini dijamin halal.
Kedatangan kami yang tampangnya turis banget membuat si penjual kaget. Ini orang ngapain nyasar ke sini, jauh-jauh dari Surabaya lagi, mungkin begitu pikirnya. Tapi yang penting mereka ramah, pelayanannya cepat dan makanannya enak. Nikmatnya mungkin bertambah karena kami makan dalam keadaan sangat lapar. Si Ayah, seperti biasa, pesan nasi goreng. Kali ini diberi nasi goreng cili padi, mungkin semacam cabe rawit? Saya pesan tom yam yang seger banget. Anak-anak saya pesankan bihun goreng. Tapi karena bihunnya sedikit pedas, Little A saya pesankan ayam kicap yang manis. Ditambah kopi dan teh panas, total kami keluar uang RM 29. Sebelum pulang, Ibu penjual masih memberi Little A dua buah apel untuk pencuci mulut. Tamu istimewa!
Malamnya kami jalan-jalan ke Gurney Drive (pesiaran Gurney) untuk makan malam di food court kaki limanya dan untuk beli konektor colokan listrik karena kelupaan bawa. Di daerah Gurney ini ada dua mal besar: Gurney Plaza dan Gurney Paragon Mal. Dari Tune Hotel, kami naik taksi tanpa argo dengan tarif RM 18 sekali jalan. Perjalanan sekitar 25 menit di malam yang cukup ramai.
Suasana di hawker centre Gurney ini meriah sekali. Kios-kios makanan berdiri di kiri kanan jalan dan meja kursi makan plastik ditata di tengah-tengahnya. Kami beruntung masih kebagian kursi. Si Ayah dan saya bergantian berburu makanan karena harus menjaga Precils juga.
Saking banyaknya pilihan, kami malah jadi bingung mau pesan apa. Kios-kios yang populer biasanya antreannya panjang. Ketika saya jalan sampai ke ujung, ternyata di pojokan berkumpul kios-kios makanan dari penjual Melayu dan India muslim. Suasana di sini tidak sehingar bingar food court yang di tengah, lampunya lebih temaram, dengan diiringi musik seperti qasidah. Di pojok ini, semua makanan dijamin halal.
Menu makan kami malam itu: jelly dan air kelapa (RM 9), pancake apom 12 pcs (RM 6), rojak (RM 5), sate ayam dan lembu 2 porsi (RM 16), dan nasi lemak dengan ayam goreng untuk dibawa pulang (RM 5,50).
Saya melihat kios pasembur seperti yang saya tulis di contekan, tapi urung membeli. Kelihatannya kok campurannya goreng-gorengan, full minyak semua, membuat saya jadi ilfil.
Kami hanya menginap semalam di Tune Hotel (untungnya!), jadi keesokan harinya sudah harus cek out. Nggak enaknya menginap di hotel yang tidak menyediakan sarapan, kami harus keluar untuk cari makan sendiri. Jam delapan pagi, kami sudah berhasil cek out. Tadinya saya berniat sarapan di Roti Canai di Transfer Road, tapi kok rasa-rasanya terlalu lama jalan kakinya. Akhirnya rencana sarapan saya alihkan ke daerah dekat masjid Kapitan Keling. Malangnya, saudara-saudara, kami kelewatan turun dari bus gratis. Akhirnya kami terdampar di dekat benteng Cornwallis. Saya tahu dekat situ ada food court yang direkomendasikan, tapi setelah tanya orang lewat, ternyata baru buka di malam hari. Wajah Si Ayah sudah kecut menahan lapar. Tidak ada tanda-tanda gerobak tukang bubur lewat juga.
Akhirnya saya mengambil inisiatif untuk menyeberang dan mulai berjalan melewati lorong-lorong yang penuh dengan ruko. Ketika tanya ke orang lokal, mereka bilang ada beberapa warung dua blok dari tempat kami berdiri. Jalan satu blok, kami sudah melihat ada warung yang buka. Lho tapi kok sedia masakan Jawa. Masa jauh-jauh ke Penang mau makan masakan Jawa, haha. Akhirnya di perempatan Lebuh Bishop dan Lebuh Penang, kami menemukan warung India yang cukup ramai dengan pengunjung. Tanpa ragu, kami ikut nongkrong di kursi plastik di depan warung.
Tuhan Maha Asyik, cita-cita saya sarapan roti canai kesampaian juga, meski di tempat yang berbeda. Setelah beberapa suap, wajah Si Ayah sudah cerah lagi, apalagi tahu kalau harganya murah meriah π Makan kenyang berempat, dengan kopi dan teh panas, kami hanya keluar uang RM 9,60. Brekky under 10 ringgit!
Sebagai arek Suroboyo yang biasa dengan panasnya kota, saya tidak menyangka akan KO juga menghadapi teriknya kota Penang. Setelah ngadem di museum interaktif Made In Penang dan sempat mampir ke lokasi salah satu street art, lagi-lagi kami kelaparan sebelum waktunya. Kami nge-charge energi sebentar dengan es potong di kedai. Saya bertanya ke pemilik kedai, di mana mencari makan siang, yang paling dekat tentu saja. Syukurlah kami tidak harus berjalan jauh. Setelah kira-kira 150 meter, kami menemukan jalan yang ramai dengan restoran di kanan kiri. Saya juga melihat Restoran Kapitan, seperti dalam daftar yang direkomendasikan oleh travel blogger yang trendi-trendi. Tapi Si Ayah dan Precils bilang tidak sanggup berjalan 50 meter lagi di siang yang teramat menghisap energi itu. Akhirnya kami melipir dan duduk manis di restoran India Kassim Mustafa, yang paling dekat dengan tempat kami berdiri.
Makan dulu baru bayar! Ah, saya suka sekali warung yang begini. Melihat raut wajah pengunjung yang khusyuk makan dengan tangan, saya yakin tidak salah masuk restoran. Kami pesan nasi biryani, roti naan, dan dua macam kari yang pedas dan tidak pedas. Saya ingat jus buah yang kami pesan rasanya nikmat sekali,langsung menurunkan suhu ubun-ubun kami yang mandi matahari. Naan bread-nya juga lembut, hangat dan gurih. Apalagi dicelup kuah kari yang kental. Super yummy. Makanan siang itu memulihkan kepercayaan saya akan lezatnya masakan India tanpa bau langu yang menusuk. Untuk makanan nan lengkap ini kami habis RM 44.
Ganti suasana, kami meninggalkan tengah kota Georgetown menuju pesisir Batu Ferringhi. Meski menginap di hotel Holiday Inn, kami tentu tidak sanggup pesan makan malam di restorannya, haha. Untungnya ada warung-warung makan tepat di depan hotel. Hujan mulai turun, jadi kami malas untuk mencari-cari alternatif lainnya. Anak-anak kecapekan setelah bermain air di pantai sorenya, sehingga memilih untuk menunggu di kamar hotel.
Kami pesan fish & chips (RM 12) untuk anak-anak, dua char kway teow spesial (RM 16) dan ekstra nasi goreng lembu (RM 4), semua dibungkus untuk dimakan di kamar hotel. Penjual di warung-warung ini orang Melayu muslim sehingga halalnya terjamin. Saya suka sekali char kway teow-nya yang dicampur dengan udang besar. Saya sebenarnya masih pengin nambah lagi, tapi sudah terlalu malas untuk turun.
Paginya, saya memutuskan untuk sarapan di hotel saja, daripada rempong cari-cari warung makan yang buka di pagi hari. Di Holiday Inn, biasanya anak-anak sarapan gratis, asal bersama orang dewasa yang bayar. Saya bayar RM 60 untuk tarif sarapan berdua dengan Si Ayah. Little A dan Big A gratis. Tetep mahal sih, tapi daripada ribet, iya kan? Kami memilih makan pagi-pagi sebelum ramai orang. Suasana restoran cukup menyenangkan, kami memilih duduk di meja pojok yang menghadap pantai. Sayangnya rasa makanan di hotel ini tidak seenak yang kami cicipi di pinggir jalan dua hari sebelumnya. Bahkan kopinya pun hanya sekelas kopi sesat, eh, saset. Saya juga heran, hotel sekelas ini tidak mampu punya mesin espresso. Jadi kami hanya makan untuk mengisi perut saja, bukan untuk memanjakan lidah. Untungnya roti-roti dan selainya cukup enak, tidak terlalu mengecewakan lidah bule The Precils.
Sarapan di Holiday Inn yang rasanya yaa… begitulah. |
Pengalaman kulineran di Penang membuat saya pengin mencoba kulineran di Surabaya di akhir pekan. Nginep di hotel sekalian biar berasa staycation-nya. BRB bikin proposal untuk Si Ayah π
~ The Emak
Baca Juga:
Penang With Kids: Itinerary & Budget
Menjelajah Penang: Seni, Sejarah, Kuliner & Pantai
Review Tune Hotels Downtown Penang
Review Holiday Inn Resort Penang
Made In Penang: Seru-Seruan di Museum Interaktif
Suasana piknik akhir pekan di luar Sydney Fish Market |
ikan segar hasil tangkapan hari ini |
Peternakan Mt Cook Alpine Salmon |
Lindis Pass |
Makan Siang di tepi danau Pukaki |
Untuk penggemar salmon, Mt Cook Alpine Salmon ini wajib dimasukkan itinerary ketika mengunjungi South Island New Zealand. Kalau ingin tahu jadwal tur dan maintenance mereka, lebih baik telpon dulu atau kunjungi website-nya di sini.
Peternakan Salmon tertinggi di dunia. Mt Cook tampak di kejauhan. |
Bunga-bunga liar di tepi kanal air |
Little A seneng banget naik turun bukit ini |
~ The Emak