Sebelum naik ke kapal pesiar Royal Caribbean, saya deg-deg-an membayangkan bagaimana nanti kalau saya mabuk laut. Maklum lah, nenek moyang saya bukan pelaut. Saya kembali teringat pengalaman ngehe menyeberang selat Bass dari Tasmania, pusing banget terombang-ambing di lautan meski cuma berlayar semalam. Juga pengalaman terakhir kami LOB menyusuri sungai Sekonyer di Tanjung Puting National Park. Kapal kelotoknya sih jalan pelan-pelan, tapi dua hari setelah kembali ke darat, rasanya badan masih terayun-ayun di sungai.
Tapi rasa penasaran saya pada kapal pesiar mengalahkan kecemasan saya. Dan… begitu lihat kamar dan balkonnya, rasa gugup saya langsung lenyap, berganti dengan excitement. Batin saya, “Ini sih hotel terapung bintang lima!”
Our room |
Handuk binatang imut, tiap hari ada di kamar |
Kita bisa tahu lokasi kapal dari TV di kamar |
Kami berempat mendapatkan dua kamar (stateroom) di deck 6. Untuk keluarga sebenarnya bisa pesan family room untuk berempat, atau connecting room. Kamar standar mempunyai tempat tidur ukuran king, yang bisa dipisah menjadi dua single bed.
Fasilitas kamar kami ini lengkap seperti layaknya kamar hotel di darat. Ada sofa, televisi yang dilengkapi dengan program untuk anak-anak (Dreamworks), ketel listrik, kopi dan teh, minibar, lemari dan tentu saja pelampung. Kalau ada penghuni anak-anak, room attendant akan memberikan pelampung khusus anak-anak. Colokan listriknya sama dengan di Indonesia, jadi tidak perlu menggunakan konektor.
Kamar mandinya cukup nyaman dan bersih. Sabun, sampo, dan handuk sudah disediakan, tapi kita perlu membawa sikat dan pasta gigi sendiri. Alat pengering rambut juga tersedia.
Kasurnya sangat nyaman untuk tidur. Kalau sudah ketemu kasur, rasanya susah buat keluar kamar lagi, hehehe. Beberapa kali kami niatnya rehat sejenak di antara aktivitas di kapal, eh jadinya Big A atau Little A malah tidur siang. Little A juga senang setiap kali menyalakan TV, ada film kartun dari Dreamworks. Setelah nonton filmnya bisa langsung meet and greet dengan karakter aslinya, sesuai jadwal yang diadakan.
Setiap kamar punya room attendant atau buttler yang akan membersihkan kamar sehari dua kali. Kamar kami, 6668, room attendant-nya Pak Awit dari Indonesia. Enak kan, kalau mau minta apa-apa bisa pakai bahasa Indonesia aja 😀 Pak Awit ini sopan, ramah, dan rajin. Room attendant juga yang memastikan setiap penghuni kapal ikut “drill”, latihan penyelamatan dalam keadaan darurat. Sebelum kapal berangkat, sekitar jam 4 sore sirine dibunyikan. Semua penghuni harus keluar kapal sesuai dengan nomor titik berkumpul yang ada di seapass card. Setelah berkumpul, kami diberi peragaan cara menggunakan pelampung. Anak-anak diberi gelang sesuai nomor titik kumpul tadi.
From where I sleep 😉 |
Tumben Big A mau berpose :p |
Little A menikmati pemandangan Langkawi |
Foto oleh Nabila Azzahra |
Apa yang paling asyik di kamar kami? Jawabnya adalah balkon! Dari balkon, kita bisa melihat kesibukan di pelabuhan, laut lepas, dan pemandangan pulau atau kota ketika kapal akan berlabuh. Tiap pagi bisa melihat matahari terbit, dan sorenya bisa melihat matahari terbenam. Kadang kami juga dihadiahi pelangi yang cantik setelah hujan usai. Kalau menginap di hotel, kami hanya bisa melihat satu view yang sama. Tapi kalau ikut cruise, pemandangannya bisa beda-beda tiap hari.
Rute kapal kami yang berlayar selama 4 malam adalah Singapura – Port Klang (KL) – Langkawi – Singapura. Di hari pertama kami bisa menikmati pemandangan pelabuhan Singapura yang sibuk. Di hari kedua, kami disuguhi pemandangan Port Klang Malaysia yang relatif lebih sepi dan tenang. Hari ketiga pemandangannya super sekali, gugusan pulau di Langkawi.
Saya sendiri cukup senang bisa duduk bengong di balkon sambil minum minuman hangat. Melihat air bergerak pelan ditinggalkan kapal yang melaju benar-benar membuat saya rileks. Tidak ada di antara kami berempat yang mabuk laut 😀
Ada beberapa pilihan kamar di kapal pesiar Royal Caribbean. Yang paling istimewa adalah suite dengan balkon pribadi, bath tub, dan juga pelayan pribadi. Setingkat di bawahnya adalah kamar dengan balkon. Yang lebih hemat lagi adalah kamar dengan sea view, jendela yang menghadap laut. Pilihan yang paling hemat adalah stateroom interior, yaitu kamar yang menghadap ke dalam kapal. Ada yang mempunyai balkon menghadap ke promenade (semacam Mal di dalam kapal). Keuntungannya, penghuninya bisa melihat parade atau atraksi di promenade, cukup dari dalam kamar.
Tarif stateroom interior sekitar $400 per orang untuk cruise selama 4 malam. Sementara untuk stateroom dengan balkon, harganya sekitar $600 per orang untuk cruise 4 malam. Harga ini sudah termasuk pajak, biaya pelabuhan, tip, makanan, dan hiburan di kapal. Tarif selengkapnya bisa dicek di website www.royalcaribbean.com.
Harga segitu, dibandingkan dengan apa yang didapat (biaya liburan all in), tidaklah begitu mahal. Tahu sendiri kan, harga kamar hotel di Singapura aja semalam nyampai berapa. Benefit lain dari cruising adalah nggak perlu ribet bongkar koper dan cek in pesawat, tapi sudah nyampai ke beberapa destinasi. Keuntungannya mirip dengan liburan naik campervan, hanya saja ini memakai jalur laut.
Balkon yang menghadap promenade |
Balkon kamar interior |
Budget liburan dengan kapal pesiar atau cruising sudah fullboard, artinya biaya yang kita keluarkan sudah termasuk makanan 3x sehari. Selain cruising, biasanya ada resort yang menawarkan liburan full board juga. Tapi keuntungan naik kapal pesiar, kita tidak hanya makannya saja yang dijamin, tapi juga ada hiburan dan aktivitas seru lainnya yang bisa dicoba. Untuk aktivitas yang cocok dilakukan oleh keluarga akan saya buatkan post tersendiri ya.
Makanan di kapal pesiar Royal Caribbean melimpah ruah. Dijamin tidak akan kelaparan di sini. Kalau memilih leyeh-leyeh di kamar pun, kita bisa pesan room servis, gratis! Biaya hanya dikenakan untuk pemesanan tengah malam.
Untuk sarapan prasmanan seperti di hotel, ada restoran Windjammer. Kalau bisa datang pagi dan langit kebetulan cerah, kita bakal sarapan dengan pemandangan sunrise yang cantik. Meski pilihan makanan berlimpah, saya dan anak-anak ternyata nggak bisa mengubah kebiasaan sarapan favorit kami. Saya tetap sarapan dengan buah potong, salad sayuran, dan kopi. Big A sarapan dengan hash brown dan omelet, sementara Little A dengan roti panggang dioles selai. Alhamdulillah ada susu full cream untuk melengkapi sarapan duo precils.
Selain Windjammer, kita bisa sarapan di restoran ala carte seperti di Rhapsody in Blue atau Top Hat and Tails. Di sini kita harus antre untuk mendapatkan tempat duduk, dan menu sarapannya pun akan disiapkan pelayan. Kita bisa minta dibuatkan bagel salmon atau french toast. Tapi di sini pun saya tetap sarapan dengan granola, buah, dan yoghurt. Yang penting kopinya enak!
Untuk makan siang, kita bisa tetap makan di Windjammer. Menu untuk makan siang tentu berbeda dengan menu sarapan. Atau kalau bosen prasmanan, bisa mencoba beberapa restoran yang berbayar, seperti Johnny Rockets yang menyajikan hamburger atau Giovannis’ Table yang merupakan restoran Italia.
Tetap setia sama yang gratisan saja? Bisa mencoba gerai hot dog atau gerai es krim di dekat kolam renang.
Masih lapar di luar jam makan? Ada kafe yang buka 24 jam! Kafe Promenade ini letaknya di ‘Mal’ di dalam kapal. Menunya makanan ringan seperti sandwich, pizza, puding, cheesecake, cookies, muffin, dan berbagai minuman hangat maupun dingin.
Kalau di kapal pesiar, sudah biasa makannya nggak 3 kali, tapi 5 kali sehari, hehehe.
Buka 24 jam! |
Pengalaman makan yang tak terlupakan di kapal pesiar adalah fine dining setiap malam. Setiap penumpang kapal sudah dialokasikan meja tertentu untuk makan malam. Jadwal makan malam kami setiap jam 5.30 sore di restoran Top Hat and Tails. Menunya 3 course, mulai dari hidangan pembuka, hidangan utama, dan hidangan penutup. Setiap hari menunya ganti-ganti.
Tidak semua makanan di sini halal, jadi untuk yang muslim sila menghindari masakan yang ada pork/ham-nya. Untuk yang ragu makan daging tanpa sertifikat halal, bisa memilih hidangan laut atau vegetarian. Di setiap pilihan menu pasti ada pilihan hidangan vegetarian dan sea food-nya. Salah satu teman dalam rombongan kami vegetarian dan dia asyik-asyik aja, tetap makan enak dan kenyang 🙂
Rombongan kami berjumlah 12 orang dan duduk di dua meja. Waiter yang melayani kami adalah Xiaolong, dan asistennya adalah Pak I Gede dari Bali. Servis mereka bagus sekali, selalu menjelaskan pilihan makanan ke kami, memastikan kami suka dengan hidangannya, dan minumnya tidak pernah kekurangan. Little A sangat terkesan dengan Xiaolong yang membuatkannya mainan dari serbet. Di malam terakhir, Xiaolong membuatkan topi dari serbet yang cantik banget. Little A berasa seperti princess, hehehe.
Di hari terakhir, ada malam apresiasi untuk seluruh kru yang bertugas di restoran. Mereka melakukan parade dan chef-nya malah menyumbangkan lagu untuk menghibur. Suasananya hangat dan akrab sekali, rasa-rasanya saya tidak ingin kembali ke dunia nyata, hahaha.
yummy dinner bread roll and appetizer |
New Zealand Mussels |
Merasakan kemewahan kapal pesiar ini, saya berasa naik Titanic, sayangnya mamas Leonardo-nya nggak ikut 😉
~ The Emak
Previous post: Cruise 101: Pengalaman Pertama Naik Royal Caribbean
Next post: 10 Aktivitas Seru Untuk Keluarga di Kapal Pesiar