Friday, November 22, 2024
Home » Artikel » A Quick Rocking Experience At Hard Rock Hotel Bali

A Quick Rocking Experience At Hard Rock Hotel Bali

by admin
Cool guitars πŸ™‚

Meskipun ‘liburan’ kami ke Bali kali ini termasuk sangat singkat, kesan yang kami dapatkan sungguh menyenangkan. Salah satunya karena kami menginap di ‘the bestest hotel ever‘ versi Little A πŸ™‚

Berawal dari mendapatkan durian runtuh tiket gratis Air Asia untuk Surabaya – Denpasar bulan April ini, saya mulai cari-cari hotel untuk menginap di Bali. Kriterianya yang paling penting adalah family friendly, artinya bisa muat untuk dua dewasa dan dua anak dalam satu kamar, tanpa extra bed atau tanpa sembunyi-sembunyi menyelundupkan anak, hehe. Meskipun hotel di Bali banyak banget, ternyata tidak gampang mencari kamar hotel dengan dua double bed. Biasanya hotel menyediakan satu queen/king bed atau dua single bed. Kapasitas juga terbatas untuk dua dewasa dan satu anak kecil. Kalau anak sudah berusia 11 tahun seperti Big A, sudah tidak nyaman satu ranjang dengan orang tuanya. Jadi meskipun ada promo-promo hotel yang murah jatuhnya tetap mahal karena harus ada extra bed atau malah harus pesan dua kamar.

Kriteria lain adalah harus dekat dari bandara karena flight kami kembali ke Surabaya cukup pagi. Kami tidak mau deg-deg-an di jalan terkena macet atau harus berangkat terlalu pagi. Pilihannya tinggal di daerah Jimbaran, Tuban, Kuta Selatan atau Kuta karena saya maunya beachfront, di depan pantai persis. Selain itu saya masih punya syarat lagi: punya kolam renang untuk anak-anak agar kami tidak perlu main di Waterbom. Tiket Waterbom ternyata lumayan mahal juga untuk berempat. Trus syarat yang terpenting adalah tarifnya tidak mahal! Duh, Emak-Emak memang banyak maunya ya? :p

Website andalan saya untuk membaca review hotel adalah Trip Advisor, meski harus diakui terjemahan bahasa Indonesia lucu banget. Mending baca website berbahasa Inggrisnya deh. Hard Rock Hotel Kuta lumayan dapat review bagus, terutama oleh keluarga yang membawa anak kecil. Hotel ini juga dipilih pembaca Trip Advisor menjadi salah satu dari 10 Hotel Keluarga Terbaik di Indonesia tahun 2013. Saya langsung cek harga (sekaligus membandingkan dengan tarif hotel lain) di Agoda, HotelsCombined dan website resminya.

Ternyata paling murah di website resminya, saudara-saudara. Di Agoda malah lebih mahal dan belum tentu dapat diskonan, voucher dan bonus macem-macem. Kami mendapat harga Rp 1.204.764 per malam untuk kamar deluxe (yang paling murah pokoknya), sudah termasuk pajak, termasuk sarapan untuk dua dewasa dan dua anak-anak. Not bad. Dan kalau booking di websitenya, kita tidak perlu bayar di muka. Bisa bayar ketika cek out, tapi nomor kartu kredit kita dicatet. Sebenarnya ada bonus free shuttle dari bandara kalau menginap dua malam, atau bonus free family dinner kalau menginap tiga malam. Sayangnya kami cuma menginap semalam karena ada teman yang mengundang kami menginap di Vila barunya di Canggu.

Sayangnya Hotel Hard Rock ini baru bisa cek in jam 3 sore. Padahal maksud saya setelah makan siang di sekitar Kuta, kami berharap bisa langsung ke hotel sekitar jam 2-an. Saya hubungi akun twitter mereka: @hrhbali untuk mengemis early check in. Ternyata si admin ramah banget dan kami boleh cek in jam 2. Mari kita follow @hrhbali, siapa tahu mereka kasih promo atau bagi-bagi gratisan (modus, hehe).

Sesuai itinerary, setelah makan siang di restoran favorit Little A kami cek in di hotel. Kejutan! Kamar kami di-upgrade menjadi Kids Suite. Whoa! Hadihaha, yay! Saya melirik Big A yang tidak bisa berhenti tersenyum. Ini salah satu impian dia, menginap di Kids Suite, Hard Rock. Berkali-kali dia membuka website Hard Rock dan melihat-lihat kamar spesial ini. Hanya saja saya bilang belum mampu bayar tarifnya. Ntar aja kalau lagi ada diskon. Atau di-upgrade :)) Big A’s dream comes true. “Why do they upgrade our room, Mommy?” tanya Big A. Karena tidak tahu, saya juga jawab sekenanya. “Mungkin mereka tahu kalau kita gak mampu bayar kamar suite.” Big A meringis. “No, maybe because we are good people. Let’s go to our room berfore they change their mind.” Dengan semangat empat lima kami menuju kamar yang terletak di wing 1, ditemani petugas yang membawakan ransel-ransel kami, yang baju seragamnya persis kemeja yang saya kenakan, euw πŸ˜€ Senyum Little A mengembang begitu melihat tanda bintang di depan pintu kamar kami: Rock Star!

The Precils dapat kamar sendiri. Asyik!
Kamar The Emak dan Si Ayah. #okesip :p
Posisi wuenak! Udah susah diajak keluar hotel πŸ™‚

Cerita berikut ini seharusnya disensor demi reputasi pemilik blog ini, tapi begini lah yang terjadi setelah kami masuk kamar. “Whoohoo!” Big A berteriak kegirangan dan langsung meloncat ke ranjang atas bunk bed. Little A ikut-ikutan naik ke ranjang, memeluk boneka yang tersedia di sana. Big A meloncat turun dan mendarat di bean bag besar yang disediakan untuk leyeh-leyeh. Saya ikut senang melihat ekspresi precils yang sangat gembira, sambil nyemil coklat-coklat kecil yang disediakan di meja makan. Tapi saya segera menguasai keadaan: ayo foto-foto dulu sebelum semuanya berantakan!

Kamar Kids Suite ini memang sangat asyik, melebihi ekspektasi kami. Ada ruang khusus untuk anak-anak yang didesain sangat cute, dilengkapi dengan amenities yang menarik untuk mereka: bunk bed alias ranjang susun, boneka plush toys, bean bag, peralatan main pasir, buku-buku, dan Play Station 3 termasuk guitar untuk main guitar hero. Lebih asyik lagi, precils mendapat kamar mandi sendiri dengan sikat gigi, pasta gigi, sabun, shampo dan kaca mata renang khusus untuk anak-anak. Kids Suite ini benar-benar memanjakan precils, menjadikan mereka lil’ rocks πŸ™‚

Dari pengalaman kami traveling, beberapa kali kami memesan penginapan dua kamar, tapi the precils jarang dengan sukarela mau tidur sendiri di kamar yang disediakan. Biasanya mereka akan ikut tidur di ranjang utama. Kecuali di Kids Suite hotel ini. Mereka sudah tidak peduli lagi dengan kamar Si Ayah dan The Emak. Asyik kan? :p


Saya sendiri suka dengan perhatian kecil yang diberikan hotel ini. Misalnya kartu selamat datang yang ditulis tangan oleh manajer hotel, buah-buah segar yang disediakan (meski saya tidak tahu bagaimana caranya memotong nanas dengan pisau roti), nama saya di kotak peralatan mandi (berarti boleh dibawa pulang ya?) dan tentu saja cokelat-cokelat selamat datang (yang sebagian besar dimakan Si Ayah, bukan saya). Yang paling saya suka: ada mesin pembuat kopi! Pagi-pagi sebelum cek out, saya sempatkan membuat kopi dari pod yang disediakan. Tentu kopinya lebih sedap daripada kopi instan. Sayangnya mereka tidak menyediakan susu segar untuk teman minum kopi, seperti hotel/motel di Australia dan New Zealand. Di Indonesia, biasanya cuma disediakan kopi bubuk, creamer dan gula. Untungnya kami membawa sendiri susu segar. Punya anak-anak sih, minta dikit gak papa kan? Duh, saya jatuh cinta sama mesin kopi Pod Brewer ini, pengen saya bawa pulang πŸ™‚ Pagi itu baru saya tahu kalau ada yang lupa menyediakan sendok kecil untuk mengaduk kopi. Atau saya aja yang tidak berhasil menemukan?

Masalahnya dengan kamar hotel yang terlalu nyaman, rasanya malas sekali untuk keluar. Setelah selesai beres-beres, Si Ayah, Little A dan Big A duduk nyaman di day bed menonton film di televisi. Si Ayah sedari tadi sudah ‘tidak rewel’ sejak saya beri password untuk menyalakan wifi, yang katanya lumayan kencang. Posisi wuenak mereka ini susah untuk diganggu gugat. The Emak harus ultimatum: renang jam empat, lihat sunset di Kuta jam 5! Hening, tidak ada jawaban kecuali suara dari speaker televisi kabel.

Dengan kolam renang terbesar di Bali ini, saya bisa bilang bahwa Hard Rock sebenarnya bukan hotel, tapi kolam renang raksasa yang kebetulan juga menyewakan kamar-kamar. Kamar kami cukup jauh dari kolam renang utama, harus berjalan melewati lobi dan seluncuran raksasa yang bentuknya persis dengan foto yang saya lihat di website (ya iya laaah). Meskipun seluncuran itu sangat menggoda dan menantang, saya tidak berani bawa anak-anak ke sana karena Little A belum bisa berenang dan tidak membawa pelampung. Kami berjalan melewati pantai pasir buatan, tempat sekelompok anak-anak yang kebanyakan berambut pirang berlomba balap karung. Sepertinya ini aktivitas Kids Club. Sebenarnya The Precils otomatis sudah terdaftar di Kids Club. Tapi kami tidak sempat menggunakan fasilitas ini karena mereka maunya berenang saja. Padahal kalau the precils bisa dititipkan ke club yang diasuh para profesional ini kan Emak dan Si Ayah bisa pacaran… #abaikan.

Saya intip di website mereka, untuk mendaftar ke Kids Club ini harganya Rp 250.000, cukup dibayar sekali dan berlaku selama menginap. Tapi kalau booking lewat website resmi, ada diskonnya kok. Harga ini termasuk minum, makan siang gratis, gift pack dan seluruh aktivitas. Cocok banget untuk yang ortunya punya acara sendiri πŸ˜‰

Puas nonton precil-precil bule jatuh bangun lomba balap karung, kami melipir ke Kids Pool yang ada di pojokan. Kami berpapasan dengan pelayan restoran yang mengantarkan minuman, meluncur dengan in-line skate. Wuih, ide yang bagus, biar pelayanannya lebih cepat. Asyiknya berlibur ketika orang-orang lain masih di kantor, kami tidak perlu rebutan bangku di pinggir kolam. Suasana cukup sepi, hanya ada beberapa keluarga yang main di Kids Pool yang kedalamannya cuma 30 centimeter ini. Little A dan Big A senang banget main di sini. Awalnya Little A masih takut karena ada ember yang memuntahkan air sewaktu-waktu. Tapi lama-lama dia tidak takut lagi dan asyik balapan seluncur dengan kakaknya. Saya cuma menjaga mereka dari tepi kolam, tidak ikut nyemplung.

Puas bermain air, kami menuju pantai Kuta yang letaknya persis di depan hotel, sambil berharap-harap cemas karena mendung tetap menggantung di langit. Benar saja, kami tidak bisa menyaksikan sunset warna-warni. Setelah langit gelap, kami pulang kembali ke hotel dengan pasir yang lengket di kaki. Yang saya sayangkan, saya tidak menemukan pancuran untuk bilas di sekitar pantai. Di depan hotel pun tidak ada, entah mereka punya atau tidak. Rasanya tidak nyaman berjalan di selasar hotel masih dengan pasir yang menempel. Tidak enak sendiri berpapasan dengan staf hotel yang tetap tersenyum dan menyapa ramah pada kami yang meninggalkan jejak pasir di selasar hotel.

Kids Pool
Ready, Set, Go!

Setelah mandi dengan air hangat dari pancuran besar, rasanya nyaman sekali. Saya suka aroma shampo dan sabun dari hotel ini: jasmine & orange. Terutama suka sama sabun glycerinnya untuk cuci muka (iya, yang ini saya colong). Malam itu ada orang yang mengantar gift pack untuk Little A dan Big A, mungkin karena mereka tidak jadi ikut kegiatan Kids Club. Isinya tas serut, boneka teddy bear dan pin. Boneka teddy ini sebenarnya dijual untuk amal, kerjasama kampanye Yoko Ono untuk memerangi kelaparan pada anak-anak miskin di seluruh dunia. Sementara pin pinky keren yang diberikan untuk kami dari kampanye melawan breast cancer. Saya tersenyum mendapati tulisan di tas serut: “Stolen from Hard Rock Hotel, Bali”. Hakdush!

Selesai mandi, saya berniat menukarkan welcome drink di CenterStage. Ketika cek in, banyak sekali voucher yang diberikan: diskon spa, Hard Rock Cafe, souvenir di toko, dan gratis foto di gitar Hard Rock depan hotel. Duh, yang terakhir ini pun kami tidak sempat karena hari keburu gelap. Ternyata welcome drink juga sudah tidak berlaku lagi pada malam hari. Tapi di CenterStage, yang sebenarnya lobi hotel, kami bertemu dengan Fandy dan Wangi dari Hard Rock. Kami ditraktir jus yang seger banget sambil ngobrol-ngobrol tentang hotel yang pertama kali didirikan oleh Hard Rock di Asia ini. Kata Fandy, mereka memang sedang giat mempromosikan hotel ini sebagai hotel ramah keluarga. Selama ini brand Hard Rock populernya di kalangan anak-anak muda atau yang berjiwa muda. Padahal mereka juga cater untuk keluarga dengan anak-anak. Kalau menurutku sih hotel yang family friendly itu jelas kelihatan dari fasilitas-fasilitas yang diberikan. Kalau sampai ada kolam renang untuk anak, Kids Club, menu makan khusus anak, sampai ada Kids Suite, pasti hotel ini cocok untuk anak-anak. Kata Fandy, kebanyakan tamu mereka yang keluarga berasal dari Australia, sebelas dua belas sama keluarga-keluarga di Indonesia. Baru selanjutnya keluarga dari Malaysia dan Singapura.

Fandy dan Wangi juga memamerkan fasilitas-fasilitas yang mereka punya. Duh, memang tanggung banget kalau cuma menginap semalam di sini. Apalagi besoknya saya harus cek out pagi-pagi. Saya belum merasakan spa, lihat-lihat toko merchandise-nya, main catur raksasa (pura-pura), nongkrong di cafe, mencoba rock climbing (belum tentu bisa, tapi kan harus dicoba), dll. Bahkan kami tidak akan merasakan menu sarapan hotel karena kami minta sarapan kami dibungkus untuk dimakan di bandara. Dan… saya baru ingat, belum sempat mencoba gelato yang katanya enak banget, direkomendasikan oleh teman-teman yang pernah menginap di sini.

Sebetulnya, dari semua cerita tadi, yang paling mengesankan ketika kami menginap di Hard Rock Hotel ini adalah pelayanan yang ramah, tulus dan sigap membantu dari semua staf. Semua bisa membangun hotel dengan fasilitas yang paling mewah, tapi tidak semua hotel bisa membuat seluruh stafnya merasa memiliki, sehingga membuat mereka tulus pada setiap tamu yang datang. Pelayanan seperti ini yang kami rasakan sejak pertama kali kami menitipkan tas di depan hotel, seluruh staf sepertinya menjadi owner dari hotel ini, bertanggung jawab untuk membuat tamu-tamunya betah dan ingin kembali lagi. Kami dilayani dengan baik ketika reservasi, diantar oleh petugas yang sigap membawakan ransel kami. Ketika Big A bingung dengan setting PS3-nya, ada petugas yang siap datang ke kamar untuk mengecek. Kami bertemu staf yang tetap ramah menyapa kami ketika kaki-kaki kami yang berlepotan pasir mengotori selasar. Kami bertemu Fandy dan Wangi yang menemani kami minum di centerstage. Pagi harinya, jam lima, sudah ada staf yang mengantarkan kotak-kotak sarapan kami, dengan bonus senyuman lebar. Tapi yang paling membuat kami terharu adalah staf yang dengan sigap dan tanpa diminta membantu kami mencari taksi pagi-pagi, dan meminta maaf karena kami harus berjalan ke depan hotel karena jalan masuk untuk mobil sedang diperbaiki. Staf ini membawakan ransel saya dan memastikan kami masuk ke dalam taksi yang akan mengantar kami ke bandara.

Tidak heran kalau Little A mengalami post holiday sydndrome setelah kami kembali ke Surabaya. Dia sangat ingin kembali ke hotel ini lagi. Dia bilang kalau Hard Rock Hotel adalah ‘the bestest hotel ever’. Bahkan tadi, ketika saya memasang foto-foto untuk ilustrasi blog ini, Little A masih saja bertanya, “When will we go back to Hard Rock Hotel, Mommy? Next week, okay?

~ The Emak

Leave a Comment

Β©2022. All Rights Reserved.